Menurut Imam Al Ghazali Cara Untuk mengetahui Lailatul Qadar bisa dilihat dari permulaan atau malam pertama bulan Ramadan :
1. Jika hari pertama jatuh pada malam Ahad atau Rabu maka Lailatul Qadar jatuh pada malam tanggal 29 Ramadan
2. Jika malam pertama jatuh pada Senin maka Lailatul Qadar jatuh pada malam 21 Ramadan
3.Jika malam pertama jatuh pada Kamis maka Lailatul Qadar jatuh pada malam 25 Ramadan
4.Jika malam pertama jatuh pada malam Sabtu maka Lailatul Qadar jatuh pada malam 23 Ramadan
5.Jika malam pertama jatuh pada Selasa atau Jumat maka Lailatul Qadar jatuh pada malam 27 Ramadan.
Jumat, 07 September 2012
Rabu, 20 Juni 2012
UCAPAN SELAMAT DATANG KYAI KHOLIL
Suatu Ketika Habib Jindan bin Salim berselisih pendapat dengan seorang ulama, manakah pendapat yang paling sahih dalam ayat ‘Maliki yaumiddin’, maliki-nya dibaca ‘maaliki’ (dengan memakai alif setelah mim), ataukah ‘maliki’ (tanpa alif).
Setelah berdebat tidak ada titik temu. Akhirnya sepakat untuk sama-sama datang ke Kiyahi Keramat; Kiyahi Khalil bangkalan.
Ketika itu Kiyahi yang jadi maha guru para kiyahi pulau Jawa itu sedang duduk didalam mushala, saat rombongan Habib Jindan sudah dekat ke Mushola sontak saja kiyahi Khalil berteriak. Maaliki yaumiddin ya Habib, Maaliki yaumiddin Habib, teriak Kiyahi Khalil bangkalan menyambut kedatangan Habib Jindan.
Tentu saja dengan ucapan selamat datang yang aneh itu, sang Habib tak perlu bersusah payah menceritakan soal sengketa Maliki yaumiddin ataukah maaliki yaumiddin itu.
Demikian cerita Al Habib ketika menjelaskan perbendaan pendapat ulama dalam bacaan ayat itu pada Tafsir Thabari.
Suatu Ketika Habib Jindan bin Salim berselisih pendapat dengan seorang ulama, manakah pendapat yang paling sahih dalam ayat ‘Maliki yaumiddin’, maliki-nya dibaca ‘maaliki’ (dengan memakai alif setelah mim), ataukah ‘maliki’ (tanpa alif).
Setelah berdebat tidak ada titik temu. Akhirnya sepakat untuk sama-sama datang ke Kiyahi Keramat; Kiyahi Khalil bangkalan.
Ketika itu Kiyahi yang jadi maha guru para kiyahi pulau Jawa itu sedang duduk didalam mushala, saat rombongan Habib Jindan sudah dekat ke Mushola sontak saja kiyahi Khalil berteriak. Maaliki yaumiddin ya Habib, Maaliki yaumiddin Habib, teriak Kiyahi Khalil bangkalan menyambut kedatangan Habib Jindan.
Tentu saja dengan ucapan selamat datang yang aneh itu, sang Habib tak perlu bersusah payah menceritakan soal sengketa Maliki yaumiddin ataukah maaliki yaumiddin itu.
Demikian cerita Al Habib ketika menjelaskan perbendaan pendapat ulama dalam bacaan ayat itu pada Tafsir Thabari.
Kamis, 12 Januari 2012
Humor Gusdur
Gus Dur bertutur, pernah ada orang yang bekerja sebagai pemecah batu putus asa saat berusaha memecahkan batu besar. Pada saat alat pemecah batu sudah 100 kali mengenai batu, sang pemecah batu menyerah.
Tidak berapa lama kemudian, sang kiai mengambil alih dan hanya dalam lima kali alat pemecah batu bertumbukan dengan batu, maka batu besar itu pecah. Sontak, pekerja itu memuji kehebatan kiai dan menilainya seorang sakti mandraguna. Namun, kiai itu menjelaskan kalau itu bukan karena kehebatannya, "Melainkan kamu (pemecah batu) tidak sabar untuk meneruskan pekerjaanmu yang kurang sedikit lagi membuahkan hasil. Jadi, ini bukan soal saya sakti,"
Menurut Gus Dur, kalau jamaah NU shalat Jumat di masjid Muhammadiyah hanya kehilangan pahala saja karena berbeda cara melakukan ritual shalat. Namun, kalau jamaah Muhammadiyah shalat Jumat di masjid NU, lanjut dia, maka pasti kehilangan sandal. "
Gus Dur pernah bercerita, dulu waktu Pak Harto jadi presiden dia punya ajudan. Ajudan yang satu tentara, ajudan yang satu ustaz. Kemudian keduanya memberi nasihat yang berbeda. Ajudan tentara memberi nasihat sesuai diktum tentara, kalau bapak melangkah harus dimulai dari kaki kiri. Tapi yang ustaz, menurut sunah nabi, setiap tindakan lebih bagus dimulai dari kanan.
Suatu saat pak Harto mau pergi kerja, saat mau naik mobil ditahan ajudan yang tentara. Pak, mohon naik dari kaki kiri. Yang ustaz bilang sesuai sunah nabi dari harus naik kaki kanan. Pak Harto bingung. Lalu, datang Ibu Tien, ini apa-apaan kalian. Ayo naik dari kaki mana saja. "Itu menyampaikannya humor. Maksudnya Gus Dur, semua pemimpin itu tidak boleh ragu dalam ambil keputusan."
Tidak berapa lama kemudian, sang kiai mengambil alih dan hanya dalam lima kali alat pemecah batu bertumbukan dengan batu, maka batu besar itu pecah. Sontak, pekerja itu memuji kehebatan kiai dan menilainya seorang sakti mandraguna. Namun, kiai itu menjelaskan kalau itu bukan karena kehebatannya, "Melainkan kamu (pemecah batu) tidak sabar untuk meneruskan pekerjaanmu yang kurang sedikit lagi membuahkan hasil. Jadi, ini bukan soal saya sakti,"
Menurut Gus Dur, kalau jamaah NU shalat Jumat di masjid Muhammadiyah hanya kehilangan pahala saja karena berbeda cara melakukan ritual shalat. Namun, kalau jamaah Muhammadiyah shalat Jumat di masjid NU, lanjut dia, maka pasti kehilangan sandal. "
Gus Dur pernah bercerita, dulu waktu Pak Harto jadi presiden dia punya ajudan. Ajudan yang satu tentara, ajudan yang satu ustaz. Kemudian keduanya memberi nasihat yang berbeda. Ajudan tentara memberi nasihat sesuai diktum tentara, kalau bapak melangkah harus dimulai dari kaki kiri. Tapi yang ustaz, menurut sunah nabi, setiap tindakan lebih bagus dimulai dari kanan.
Suatu saat pak Harto mau pergi kerja, saat mau naik mobil ditahan ajudan yang tentara. Pak, mohon naik dari kaki kiri. Yang ustaz bilang sesuai sunah nabi dari harus naik kaki kanan. Pak Harto bingung. Lalu, datang Ibu Tien, ini apa-apaan kalian. Ayo naik dari kaki mana saja. "Itu menyampaikannya humor. Maksudnya Gus Dur, semua pemimpin itu tidak boleh ragu dalam ambil keputusan."
Selasa, 10 Januari 2012
Ukur Ulang Arah Kiblat Pakai Matahari
Tanggal 26 Mei hingga empat hari berikutnya 30 Mei adalah waktu yang paling tepat untuk mengukur ulang arah kiblat di rumah kita. Siapa tahu selama ini arahnya kurang akurat. Caranya dengan memanfaatkan posisi matahari yang pada sorei hari tepatnya 16.18 menit akan berada tepat di atas kota Mekkah Al-Mukarramah.
Pada durasi kurang lebih 5 menit itu, silahkan arahkan pandangan ke matahari, nah tepat di bawahnya itu terletak kota Mekkah. Kesanalah sajadah kita seharusnya mengarah.
Kalau terlewat, masih ada kesempatan kedua, kita tunggu sampai nanti bulan Juli, tepatnya tanggal 14 s/d 18 Juli. Kita lihat matahari pada jam 16.27 sore hari. Saat itu menurut perhitungan, matahari akan kembali melewati tepat di atas kota Makkah, dalam perjalanan semunya ke arah Selatan.
Langganan:
Postingan (Atom)